Sunday 18 April 2010

AKU MENATAH KEDAMAIAN

Aku menatah kedamaian dari kayu kegelisahan yang bergalur abstrak seperti jaring tarantula
14 tatahan pertama dengan slendro manyura
14 tatahan kedua dengan pelog barang
dan tatahan-tatahan berikutnya dengan riuh para pekerja yang menceraikan butir-butir jagung dari tongkolnya
dan harum daun pembungkus nagasari yang menjajah udara.
Kurasa matahari telah lama pecah disini
menjadi lembaran-lembaran kerudung di kepala perempuan-perempuan yang menyimpan rembulan di kampuh-kampuh sutera mereka dan kuntum-kuntum melati di atas tilam.
Di musim panas ketika hasrat membunuh meracuni darah
dan di musim dingin ketika bunuh diri menjadi ide romantis,
mereka membentangkan kerudung-kerudungnya.
Siapa saja boleh berteduh disana,bahkan juga pria,
meski mereka tahu pria adalah pengembara yang memerlukan rembulan sebagai bekal perjalanan.
Mereka sungguh mengra cinta dan nyawa sepadan dengan rembulan padahal bagi pengembara tak pernah ada yang sepadan dengan nyawa.
Ketika pengembara pergi mereka memenuhi kendi-kendi dengan air mata dan musafir yang lewat memakainya untuk bersuci sambil berkata "Ini adalah air murni yang tak akan menodai sajadahmu."
Di akhir malam tercipta percakapan "matahari telah menghanguskan malamku"
tapi toh matahari tidak menghanguskan sayap-sayap malaikat yang taat mencatat.
Matahariku telah dikail seorang yang berdiri angkuh pada ranting bunga cosmos.
Kail yang lembut, tajam dan transparan
yang merobek kulit ari dalam perih yang menggelisahkan.
Tapi tempat ini adalah kolam antiseptik
dimana luka tidak sempat bermetamorfosa menjadi cacat
dan jembatan temali disulam sangat panjang antara hati dan otak hingga pengembara berbalik putus asa
dan malam tak menghalangi melati-melati bermekaran
dan matahari tak meredupkan impian katak menjadi lembu.
Disini bukit-bukit dibelah dan pada rongga-rongganya jaguar-jaguar yang terluka bersembunyi.
Sangat mungkin mendapat kedamaian dari kegelisahan karena jaguar-jaguar yang terluka tidak akan saling memangsa dan kekasih-kekasih yang patah hati tidak akan begitu saja mengubah mawar menjadi melati.
Malamku berakhir dengan percakapan "Matahari dan malam tidak saling menghanguskan"