Friday 22 August 2014

AMBISI

kadang aku berharap aku punya sedikit ambisi. dengan ambisi itu mungkin aku akan berlari mengejarmu. lalu hidup kita jadi sedikit lebih seru. aku yang tanpa ambisi ini membiarkan saja kamu berlari menjauh,berpikir mungkin tujuan yang ingin kau capai lebih mulia daripada keinginanku memilikimu,berpikir barangkali rumahmu bukan di sisiku. tapi aku yang tanpa ambisi ini juga adalah aku yang paling aku sukai. dan aku tidak pernah bisa memilih antara memilikimu atau memiliki aku yang paling aku sukai.

Sunday 18 April 2010

AKU MENATAH KEDAMAIAN

Aku menatah kedamaian dari kayu kegelisahan yang bergalur abstrak seperti jaring tarantula
14 tatahan pertama dengan slendro manyura
14 tatahan kedua dengan pelog barang
dan tatahan-tatahan berikutnya dengan riuh para pekerja yang menceraikan butir-butir jagung dari tongkolnya
dan harum daun pembungkus nagasari yang menjajah udara.
Kurasa matahari telah lama pecah disini
menjadi lembaran-lembaran kerudung di kepala perempuan-perempuan yang menyimpan rembulan di kampuh-kampuh sutera mereka dan kuntum-kuntum melati di atas tilam.
Di musim panas ketika hasrat membunuh meracuni darah
dan di musim dingin ketika bunuh diri menjadi ide romantis,
mereka membentangkan kerudung-kerudungnya.
Siapa saja boleh berteduh disana,bahkan juga pria,
meski mereka tahu pria adalah pengembara yang memerlukan rembulan sebagai bekal perjalanan.
Mereka sungguh mengra cinta dan nyawa sepadan dengan rembulan padahal bagi pengembara tak pernah ada yang sepadan dengan nyawa.
Ketika pengembara pergi mereka memenuhi kendi-kendi dengan air mata dan musafir yang lewat memakainya untuk bersuci sambil berkata "Ini adalah air murni yang tak akan menodai sajadahmu."
Di akhir malam tercipta percakapan "matahari telah menghanguskan malamku"
tapi toh matahari tidak menghanguskan sayap-sayap malaikat yang taat mencatat.
Matahariku telah dikail seorang yang berdiri angkuh pada ranting bunga cosmos.
Kail yang lembut, tajam dan transparan
yang merobek kulit ari dalam perih yang menggelisahkan.
Tapi tempat ini adalah kolam antiseptik
dimana luka tidak sempat bermetamorfosa menjadi cacat
dan jembatan temali disulam sangat panjang antara hati dan otak hingga pengembara berbalik putus asa
dan malam tak menghalangi melati-melati bermekaran
dan matahari tak meredupkan impian katak menjadi lembu.
Disini bukit-bukit dibelah dan pada rongga-rongganya jaguar-jaguar yang terluka bersembunyi.
Sangat mungkin mendapat kedamaian dari kegelisahan karena jaguar-jaguar yang terluka tidak akan saling memangsa dan kekasih-kekasih yang patah hati tidak akan begitu saja mengubah mawar menjadi melati.
Malamku berakhir dengan percakapan "Matahari dan malam tidak saling menghanguskan"

Saturday 13 December 2008

SAKIT

; untuk sahabatku yang sedang sakit

Aku tahu kau tidak pernah berjanji padaku:
"aku akan hidup lebih lama darimu supaya bisa menziarahi makammu"
Aku tahu kau tidak pernah berjanji padaku:
"aku akan hidup dengan bahagia"
tapi anggaplah kau sudah menjanjikannya padaku.
Kau keras kepala dan bodoh,
sama sekali tidak berbeda denganku,
menganggap hidup seperti main petak umpet di bawah rinai hujan bulan Januari,
sesuatu yang begitu mudah dilupakan.
Sungguh, semua boleh berlalu seperti musim di hadapanku
tapi kamu jangan begitu.
Di antara semua hanya kau yang harus tetap ada
agar selalu bisa kulihat aku di dalam dirimu yang berbahagia itu.

Tuesday 4 November 2008

PINTU


Aku akan selalu membiarkan pintu itu terbuka
Sedikit
Kira-kira cukup untuk engkau lalui ketika pergi.
Aku akan selalu membiarkan pintu itu terbuka
Sedikit
Kira-kira cukup untuk engkau lewati ketika kembali.

Friday 2 May 2008

BULAN PAGI HARI

; untuk Andrew Aditya
Bulan pagi hari menenggelamkan aku dalam rindu
seperti fajar-fajar yang kita lewatkan tanpa sengaja
angin ini membawa serta nafasmu
dan kau sama sekali tidak tahu


Tetaplah ada
seperti senja di sepanjang cakrawala
ketika kita berbicara tentang cahaya, semesta dan hal-hal purba
Tetaplah ada
karena dalam keberadaanmu kutemukan diriku
yang sempat hilang dulu.